Makalah Konsep Komunikasi pada pasien dengan perawatan paliatif

MAKALAH
KONSEP KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN PERAWATAN PALIATIF

DOSEN PEMBIMBING MATA KULIAH
KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL :

Ns. ELIANA, S.Kep


DISUSUN OLEH :

Agung Syuhada

NIM : 1607201067



STIKes MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE

2018



KATA PENGANTAR


               Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga TIM penyusun dapat menyelesaikan makalah konsep komunikasi pada pasien dengan perawatan paliatif. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawakan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

             Akhirnya, Tim  menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca terutama pembimbing mata kuliah kami Ns. Eliana, S.Kep demi kesempurnaan makalah ini.








Lhokseumawe, November 2018


TIM PENYUSUN




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1   LATAR BELAKANG..............................................................4
1.2   RUMUSAN MASALAH.........................................................4
1.3   TUJUAN...................................................................................5
1.4   MANFAAT...............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
          2.1 DEFINISI KOMUNIKASI.......................................................6
          2.2 CARA KOMUNIKASI............................................................6
          2.3 PRINSIP KOMUNIKASI.........................................................6
          2.4 TEKNIK KOMUNIKASI.........................................................7
          2.5 HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI..................9
          2.6 TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF.................................9
          2.7 PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF..................................9
          2.8 FASE TERMINAL...................................................................10
          2.9 TAHAP-TAHAP MENJELANG AJAL...................................10
          2.10 TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG AJAL................11
          BAB III KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF
          3.1 KOM. PADA PASIEN DENGAN PENY. KRONIS...............12
          3.2 KOM. PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR....................13
          3.3 SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF……………………...13
BAB IV PENUTUP
          4.1 KESIMPULAN........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
       
‘Paliatif Care’ atau Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan, dan ‘Palliare’ (bahasa latin yang berarti ‘menyelubungi’)merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti menyembuhkan. Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup  pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspekpsikologis, sosial dan spiritual. Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup  pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, fisik, psikososial, spiritual (kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembina kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilitator agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Ø  Bagaimana prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
Ø  Apa saja jenis perawatan paliatif
Ø  Apa saja model/tempat perawatan paliatif



1.3 TUJUAN

Ø  Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
Ø  Mengetahui jenis-jenis perawatan paliatif
Ø  Mengetahui model/tempat perawatan paliatif

1.4 MANFAAT

Ø  Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama dari pola komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara umum akan beda dengan komunikasi pada pasien paliatif






























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR


2.1 DEFINISI KOMUNIKASI

Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih individu.Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).


2.2 CARA KOMUNIKASI
1.            Komunikasi Verbal

Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis.
Hal yang harus diperhatikan :

ü  Kesederhanaan : Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah dimengerti,  
singkat dan jelas.
ü  Kejelasan : Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan  tubuh.
ü  Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang dirasakan oleh pasien.

2.            Komunikasi Non Verbal

Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh.
Hal yang perlu diperhatikan :

ü  Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman dan aman secara fisik maupun emosionalnya.
ü  Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
ü  Gerakan Tangan : Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.

2.3 PRINSIP KOMUNIKASI

Prinsip Komunikasi terapeutik (keliat:1996)

ü Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami      dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
ü Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan   saling menghargai.
ü Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
ü Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
ü Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
ü Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
ü Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
ü Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
ü Kejujuran dan komunikasi terbuka.
ü Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan orang lain tentang kesehatan.
ü Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
ü Bertanggung jawab

2.4   TEKNIK KOMUNIKASI

ü  Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang dikatakannya adalah penting.
ü  Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang akan dibicarakan.
ü  Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
ü  Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai.
ü  Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien.
ü  Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
ü  Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
ü  Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas, dan  berfokus pada realitas.
ü  Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan difikirkan.
ü  Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
ü  Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
ü  Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.


ü  Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
ü  Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.
         



2.5 HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI

Macam-macam hambatan dalam komunikasi (Mundakir:2006)
ü  Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
ü  Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
ü  Kurangnya pengetahuan
ü  Perbedaan persepsi
ü  Perbedaan harapan
ü  Tidak ada kepercayaan (BHSP)



2.6 TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF

Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Perawatan paliatif meliputi :

ü  Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya.
ü  Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
ü  Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien.
ü  Tidak mempercepat atau memperlambat kematian.
ü  Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu.
ü  Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien dan kehilangan mereka.

2.7 PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF

Prinsip Perawatan Paliatif Care Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52) Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

ü  Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
ü  Tidak mempercepat atau menunda kematian.
ü  Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
ü  Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
ü  Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
ü  Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
ü  Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
ü  Menghindari tindakan yang sia-sia.

2.8 FASE TERMINAL

Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak  ada harapan  lagi untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu  kecelakaan.
 Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat berlangsung singkat atau panjang.
Top of Form
Bottom of Form


2.9 TAHAP-TAHAP MENJELANG AJAL

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:

1.      Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.
2.      Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.

3.      Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.

4.      Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.


 5.      Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangatmembantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.


2.10 TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG AJAL

1.      Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.
2.    Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.
3.    Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
 terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4.    Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.






















BAB III
KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF


3.1 KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS

            Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (purwaningsih dan karbina, 2009).
            Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (purwaningsih dan karbina, 2009).
            Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang pasien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

ü  Teknik komunikasi fase denial (pengingkaran)
-          Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
-          Selalu berada didekat klien
-          Pertahankan kontak mata
ü  Teknik komunikasi fase anger (marah)
-          Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing dan menggunakan teknik respek.
ü  Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
-          Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada pasien apa yang diinginkan
ü  Teknik komunikasi fase depression
-          Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
ü  Teknik komunikasi fase occeptance (penerimaan)
-          Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien.






3.2 KOMUNIKASI PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR

            Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
            Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun ekstrakranial yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik ditingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
            Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang menjadi salah satu elemen komunikasi. Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya. Walaupun banyak perdebatan bahwa komunikasi trapeutik tetap dilaksanakan walau pasien koma, maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik ini untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik sekalipun dia dalam keadaan yang tidak sadar atau koma.


3.3 SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF

ü  PASIEN
ü  KELUARGA
ü  KOMUNITAS















BAB IV
PENUTUP


4.I KESIMPULAN

                  Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik, artinya hubungan yang dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan menghilangkan keluhan klien. Komunikasi trapeutik adalah isntrumen holistik yang digunakan disetiap lini keperawatan begitu pula untuk pasien dengan keperawatan paliatif.
                  Pemahaman mendalam mengenai komunikasi trapeutik secara umum akan membantu perawat memahami komunikasi dalam perawatan paliatif secara khusus, yang membedakan komunikasi paliatif dengan yang lain salah satunya adalah perawat melibatkan segenap support system dalam berkomunikasi untuk menunjang paliatif care tersebut.


















DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI Pusdiknakes.995.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan dan penyakit kronik dan terminal. Jakarta: Depkes RI.
Craven,Ruth F. Fundamentals of nursing: human healt and function.
Tamsuri, Anas.(2006).”komunikasi dalam keperawatan”.Erlangga: Jakarta.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asuhan Keperawatan pada korban Human Trafficking

PENYAKIT ASMA